STUDY KASUS
A. Pengertian
Study Kasus
Studi
kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial.
Dalam riset yang menggunakan metode ini, dilakukan
pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang
disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam
melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi,
dan pelaporan hasilnya.
Sebagai
hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu
terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat
digunakan untuk menghasilkan dan mengujihipotesis.
Study
kasus merupakan suatu penelitian atau penyelidikan intensif, mencakup semua
informasi relevan terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan
dengan satu gejala psikologis tunggal
Study
kasus merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang
individu seringkali mencakup pengalaman dalam terapi.
Pendapat
lain menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu strategi riset, penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam
latar kehidupan nyata. Strategi ini dapat menyertakan bukti kuatitatif yang
bersandar pada berbagai sumber dan perkembangan sebelumnya dari proposisi
teoretis. Studi kasus dapat menggunakan bukti baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian dengan subjek
tunggal memberikan kerangka kerja statistik untuk membuat inferensi dari data
studi kasus kuantitatif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam Studi Kasus :
1. Seseorang harus mampu mengajukan
pertanyaan yang baik dan mampu untuk menginterpretasikan jawaban-jawaban
2.
Seseorang
harus dapat menjadi pendengar yang baik dan tidak terperangkap oleh prakonsepsi
sendiri
3.
Seseorang
diharapkan mampu menyesuaikan diri dan fleksibel agar situasi yang baru dialami
dapat dipandang sebagai kesempatan/ peluang bukan ancaman
4.
Seseorang
harus memiliki daya tangkap yang kuat terhadap isu-isu yang akan diteliti,
apakah hal ini merupakan orientasi teoritis atau kebijakan.
5.
Sesorang
harus tidak bias, oleh anggapan-anggapan yang sudah ada sebelumnya, seseorang
harus peka dan responsif terhadap bukti-bukti yang kontradiktif
3 Prinsip pengumpulan data
1.
Menggunakan multi sumber bukti, menggunakan banyak informan dan
memperhatikan sumber-sumber bukti lainnya
2.
Menciptakan data dasar studi kasus, mengorganisir dan
mengkoordinasikan data yang telah terkumpul, biasanya studi kasus memakan waktu
yang cukup lama dan data yang diperolehnya pun cukup banyak sehingga perlu
dilakukan pengorganisasian data agar data yang terkumpul tidak hilang saat
dibutuhkan nanti
3.
Memelihara rangkaian bukti, tujuannya agar bisa ditelusuri
dari bukti-bukti yang ada, berkenaan dengan studi kasus yang sedang dijalankan.
Penting ketika menelusuri kekurangan data lapangan.
Analisa data Studi Kasus
1.
Strategi
umum
a. memasukkan informan dalam daftar
yang berbeda
- membuat
matriks kategori dan menempatkan bukti-bukti ke dalam kategori tersebut
- menciptakan
analisis data – flowchart dan perangkat lainnya- guna memeriksa data yang
bersangkutan
- mentabulasi
frekwensi peristiwa yang berbeda
- memeriksa
kekompleksan tabulasi dan hubungan dengan mengkalkulasikan angka urutan.
- Memasukkan
informan ke dalam urutan kronologis/ menggunakan skema waktu
Ada dua jenis analisa dalam analisa
umum
- Mendasarkan pada proposisi teori, menganalisa dengan
mendasarkan pada proposisi teori yang digunakan dalam studi kasus
- Mengembangkan deskripsi kasus, mengembangkan suatu kerangka
kerja deskriptif untuk mengorganisasikan studi kasus
2. Bentuk Analisa Dominan
- Penjodohan Pola, membandingkan antara kenyataan dan hipotesa/
dugaan-dugaan (berdasarkan teori dan konsep)
- Pembuatan penjelasan, tujuannya menganalisa data
studi kasus dengan cara membuat suatu penjelasan tentang kasus yang
bersangkutan.
- Analisa deret waktu, lebih menekankan pada urutan
waktu secara kronologis
3. Analisa kurang dominan (Lesser Modes)
- Menganalisis unit-unit terpancang, biasanya melihat unit-unit
yang kurang dominan ketimbang kasusnya sendiri
- Membuat observasi berulang, bisa dipandang sebaga tipe
analisa deret waktu khusus, dan biasanya diterapkan dengan menganalisa
kasus yang sama di waktu yang berbeda, bahkan terkadang informannya un
berbeda
- Analisa sekunder lintas kasus, analisa digunakan karena
studi kasus yang dilakukan mendapat teralu banyak data, terutama data-data
sekunder. Langkah yang perlu diambil adalah melakukan pengkodingan
tertutup, dan membandingkan data-data yang ada dengan hasil penemuan studi
kasus.
Struktur penulisan laporan Studi
Kasus
1. Struktur
analisis linier,
uraian sub-sub topiknya mencakup isu/ persoalan yang diteliti, temuan
dikumpulkan dan dianalisa
2. Struktur
komparatif,
membandingkan antara 2 atau lebih kasus dengan menggunakan standar yang sama
3. Struktur
kronologis,
menyajikan berdasarkan waktu atau kejadian secara berurutan
4. Struktur pengembangan
teori, untuk mengembangkan teori sehingga
harus mengikuti alur logika pengembangan teori.
5. Struktur
ketegangan,
menyajikan inti penemuan di tengah sampai akhir laporan
6. Struktur
tidak berurutan,
tidak ada standar, yang dipentingkan disini pengungkapan data secara
menyeluruh.
Jenis-jenis laporan Studi Kasus
1. Tidak
tertulis, dengan menyajikan dalam bentuk
dokumentasi, film dan sebagainya
2. Dalam bentuk tertulis :
1. Studi
kasus tunggal klasik,
hanya menyajikan satu kasus saja
2. Multi
Kasus, penulisan laporan berdasarkan
orang per orang
3. Studi
kasus dengan format tanya jawab,
penyajian laporan dikategorikan berdasarkan pertanyaan
4. Studi
kasus lintas kasus,
menganalisa kasus per kasus terkadang dengan membandingkan atau membuat
kontradiksi antar kasus
B.
Study Kasus
Penelitian
1. Pengertian Studi Kasus Penelitian
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus penelitian merupakan pengujian secara rinci
terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen
atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi
kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus
secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih
bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh
(1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha
menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan
sernua variabel yang penting.
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus
meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan
dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu
totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk
mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
2. Jenis-jenis Studi Kasus
a. Studi kasus
kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan
dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusun perkembangan organisasinya.
Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kunang mencukupi untuk
dikerjakan secara minimal.
b. Studi kasus
observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi
peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya
pada suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus
studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu
kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
c. Studi kasus
sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud mengumpulkan
narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah
hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir
hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan topik tertentu
lainnya.
d. Studi kasus
kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study)
yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar
(kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus
organisasi dan studi kasus observasi.
e. Studi kasus
analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap
peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah
tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait,
mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah,
guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
f.
Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit
organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau
suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang
belajar menggambar.
3. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus
a. Pemilihan
kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan
bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan
objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran
dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat
diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia;
b. Pengumpulan
data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai
dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi.
Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan
data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data
yang berbeda secara serentak;
c. Analisis
data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi,
dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi
merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna
menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori
atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di
lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau
setelah selesai dan lapangan;
d. Perbaikan
(refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus
hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru
terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan
peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data
baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada;
e. Penulisan
laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan
mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga
rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan
diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehiclupan seseorang
atau kelompik.
4. Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik
a. Menyangkut
sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum
atau bahkan
dengan kepentingan nasional.
b.
Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan
oleh kedalaman
dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan
oleh penelitinya dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai
keterbatasan.
c. Mampu
mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbeda-beda.
d. Keempat,
studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang
mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan pninsip selektifitas.
e. Hasilnya
ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi
pada pembaca.
Orientasi teoritik dan pemilihan pokok studi kasus dalam penelitian
kualitatif bukanlah perkara yang mudah, tetapi tanpa memperdulikan kedua hal
tersebut akan cukup menyulitkan bagi peneliti yang akan turun ke lapangan.
Dengan memahami orientasi teoritik dan jenis studi yang akan dipilih maka
setidak-tidaknya seorang peneliti telah akan mempersiapkan diri sebelum
benan-benar terjun dalam kancah penelitian.
C.
Studi Kasus
Bimbingan dan Konseling
Dalam
era kemajuan informasi dan teknologi, siswa semakin tertekan dan terintimidasi
oleh perkembangan dunia, akan tetapi belum tentu diimbangi dengan perkembangan
karakter dan mental yang mantap. Seorang guru bimbingan dan konseling atau
konselor mempunyai tugas yaitu membantu siswa untuk mengatasi permasalahan dan
hambatan dan dalam perkembangan siswa.
Setiap
siswa sebenarnya mempunyai masalah dan sangat variatif. Permasalahan yang
dihadapi siswa dapat bersifat pribadi,social, belajar atau karir.oleh karena
itu keterbatasan kematangan siswa dalam menggali dan memahami hambatan dan
permasalahan yang dihadapi siswa, maka konselor pihak yang berkompeten perlu
memberikan intervensi. Apabila siswa tidak mendapatkan intervensi, siswa
mendapatkan permasalahan yang cukup berat dipecahkan. Konselor sekolah
senantiasa diharapkan untuk mengetahui keaaan siswanya secara mendalam. Untuk
mengetahui kondisi dan keadaan siswa banyak metode dan pendkatan yang dapat
digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu study kasus . dalam
perkembangannya olehkarena itu kompleksitas permasalahan yang dihadapi siswa
dan semakin majunya perkembangan teknik-teknik pendukung seperti halnya teknik
pengumpulan data, teknik identifikasi masalah, analisis, interprestasi dan
treatment metode study kasus terus di perbaharui
Study
kasus akan mempermudah konselor sekolah untuk membantu memahami kondisi siswa
subyektif mungkin dan sangat mendalam. Membedah masalah dan hambatan yang di
alami siswa sampai berakar permasalahan, dan akirnya konselor dapat menentukan
skala prioritas penanganan dan pemecakan masalah bagi siswa tersebut.
Studi
kasus adalah studi analisakomperhensif dengan menggunakan berbagai teknik.
Bahan dan alat mengenai gejala atau cirri-ciri atau karakteristik berbagai
masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok. Analisa
itu mencakup aspek-aspek kasus seperti jenis, keluasaan dan kedalaman
permasalahannya, latar belakang masalah / diagnose dan latar depan prognosis,
lingkungan atau kondisi iondividu atau kelompok dan upaya memotivasi
terungkapnya masalah terhadap guru pembimbing (konselor) sebagai orang mengkaji
kasus. Data yang telah didapatkan oleh konselor kemudian diventaris dan diolah
sedemikian rupa hingga mudah untuk diinterpretasi masalah dan hambatan individu
dalam penyesuainnya.
Tujuan
studi kasus bimbingan dan konseling
Studi
kasus diadakan untuk memahami siswa sebagai individu dalam keunikannya dan
dalam keseluruhannya, kemudian dari pemahaman dari siswa yang mendalam,
konselor dapat membantu siswa mencapai penyesuaian yang lebih baik dan
penyesuaiaanya pada diri sendiri serta lingkungannya sehingga siswa dapat
memahami permasalahan dan hambatan hidupnya dan tercipta keselarasan dan
kebahagiaan bagi siswa tersebut. Sehingga siswa tersebut dapat memahami
diri,menerima diri, mengaktualisasikan diri dan dapat mengembangkan potensinya
secara optimal.
Sasaran
study kasus bimbingan dan konseling
Sasaran
study kasus adalah individu yang menunjukkan gejala atau masalah yang serius
sehingga memerlikan bantuan yang serius pula,biasanya dipilih menjadi sasaran
bagi studi kasus adalah murid yang menjadi satu problema. Jadi seorang murid
itu dalam keadaan sehat rohani dan tidak mengalami keadaan mental.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar